Pagi ini aku menghadiri sosialisasi di sebuah pusat pemerintahan di sebuah kabupaten di Bali. Wacana sosialisasi ini adalah mengenai tata cara berbusana ke pura. Aku mewakili Kecamatan. Mungkin kalian bertanya mengapa aku bisa mewakili kecamatan. Begini ceritanya... beberapa bulan sebelumnya pacar menginfokan kalau kabupaten meminta peserta untuk sosialisasi dan dikirimlah namaku dan nama pacarku diantaranya berhubung kami satu desa. Setelah sekian lama, aku kira kegiatan itu tidak jadi dilaksanakan berhubung tidak ada konfirmasi apapun lagi. Namun kemarin, pacar memberitahukan bahwa ada surat datang dari kabupaten dan nama yang tercantum dalam surat itu adalah namaku. Aku suruh pacar tetap ikut karena namanya sudah disetor ke kecamatan tapi dia tidak mau datang karena tidak mendapat surat. Aku pikir mungkin surat itu terselip atau belum sampai di sekretariat desa kami.
Pagi tadi akhirnya aku ke pusat pemerintahan sendirian dengan motor vario hitamku. Aku bangun jam setengah 6 pagi karena acara berlangsung jam 7 pagi dan diharapkan untuk tepat waktu. Aku buru-buru ke pusat pemerintahan. Sesampainya disana aku tanya satpam keberadaan kementrian yang tertulis disurat yang aku terima. Pusat pemerintahan kabupaten sangat teramat luas, hijau, rapih, tertata dan banyak kantor kementrian, DPRD dan lainnya di dalamnya. Sampailah aku di kementrian yang dimaksud. Aku punya kenalan baru. Untung saja... setidaknya aku tidak sendiri-sendiri banget disana... haha...
kami menuju lantai 3 di kementrian itu. Aku sampai jam 7 lewat dan diruangan masih agak sepi. Ketika registrasi, aku lihat nama pacarku tercantum di daftar penerima honor sosialisasi itu.
"Bu, ini teman saya tidak dapat surat, bagaimana bu ya? Kemarin sudah sempat nelpon ke kantor kementrian tetapi orang kantor bilang kalau yang disurati saja yang datang... tetapi disini nama teman saya ada sebagai penerima honor"
"Oooo... itu mungkin nanti bu" (kata ibu pertama)
"Begini bu, biarkan saja itu kosong kalau temannya tidak bisa hadir atau ibu suruh saja temannya sekarang kesini" (kata ibu kedua)
Entah apa maksud perbedaan jawaban mereka. Semakin lah aku curiga. Pikiran buruk semakin memenuhi otakku. Aku pun mulai mencoret nama pacarku dari penerima honor namun ibu kedua menghentikanku.
"Biar saja begitu bu biar saja" (kata ibu kedua)
Karena "diketarangin" aku pun tidak melanjutkan mencoret nama pacarku dari daftar penerima honor. Aku semakin skeptis dengan situasi itu. Aku memilih segera duduk. Aku duduk di kursi bagian tengah baris ketiga bersama temanku. Selain itu aku juga mendapat kenalan baru lagi. Seorang wanita sebelah kiriku. Dia lebih muda 2 tahun daripada aku. Sosialisasi terdiri dari 4 sesi. Pertama diiisi oleh ketua PHDI Bali. Beliau menjelaskan banyak sekali mengenai tata busana adat kepura dengan lawakan beliau sehingga kami tidak mengantuk mendengarkan celoteh beliau. Pada sesi kedua diisi oleh kepala kantor kementrian. Beliau pintar, jelas dan lugas dalam memberikan materi. Sesi kedua berakhir dan acara dilanjutkan dengan istirahat. Kami makan bersama. Karena aku vegan, aku hibahkan semua daging ke teman sebelahku dan dia menukarkan dengan sayurannya. Istirahat selesai dan sesi ketiga dilanjutkan dengan pemaparan materi dari bu agung pemilik salon agung. Materi ini sebenarnya yang sangat aku tunggu-tunggu. Aku sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan riasan, tata berpakaian, perawatan dan segala jenis yang "beraroma" feminim. Aku sangat memperhatikan pemaparan beliau dan juga takjub dengan cara beliau mengubah lipstik menjadi eyeshadow dan blushon. Banyak yang beliau ajarkan. Bahkan beliau juga mengajarkan kami membuat rambut keong dan lelunakan dengan cara praktis. Ketika sesi tanya jawab, yang cukup membuat saya kaget adalah banyaknya peserta dari kementrian itu sendiri. Dengan kata lain kegiatan ini diselenggarakan oleh kementrian A namun dihadiri oleh pegawai dari kementrian A sendiri sebagai peserta. Bahkan ada peserta yang masih sangat muda yang merupakan anak dari pegawai dari kementrian A tersebut. Kalian mengerti maksudku? Coba pikirkan, kecamatan kami mengirim 2 nama karena dari kabupaten meminta sepasang namun hanya namaku yang disurati dan ketika absen dan tanda tangan daftar penerima honor, nama pacarku ada di daftar penerima honor itu. Bahkan kecamatan ku mengirim 4 perwakilan namun tidak ada sama sekali yang aku kenal di ruangan itu. Anehnya pesertanya beberapa dari pegawai kementrian itu bahkan anak dari pegawai kementrian itu. Sudah mulai ketemu keanehannya? Bisa gak kalian ambil kesimpulan dari situasi itu? Apa mungkin memang sengaja dibuat cerita bahwa mereka lupa mengirim surat dan sengaja menyiapkan pengganti-pengganti yang sudah direncanakan agar peserta sebenarnya tidak menerima haknya namun nanti dilaporan pertanggungjawaban dicantumkanlah nama-nama yang disetor oleh kecamatan kami masing-masing? Hmmm... menarik. Memang tidak boleh mempunyai pemikiran seperti itu namun situasi itu sendiri yang membuat aku menciptakan pikiran-pikiran itu.
Mungkin dari atasannya sudah memberikan perintah yang jelas kepada mereka namun pegawainya sendiri "DAYE" memakmurkan dirinya sendiri. Coba saja sosialisasi ini dilakukan sebaik mungkin dan sebenar-benarnya. Hmmmm... sangat disayangkan orang-orang seperti itu masih berkeliaran di kedinasan. Orang-orang seperti merekalah yang membangun citra buruk PNS di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar